1. Deskripsi Produk
kopi
Van Dilem ini merupakan kopi yang berasal dar peninggalan orang-orang Belanda.Pada
jaman penjajahan Belanda sempat membangun Pabrik Kopi di Perkebunan Wilis Dilem
Kecamatan Bendungan pada tahun 1929 yang di bangun oleh Mr. Van Dilem dari
Belanda. Kopi ini merupakan kopi robusta yang ditanam diatas 800 dpl di daerah
trenggalek dengan proses penumbukan yang langsung dilakukan oleh tenaga manusia
sehingga mendapatkan kehalusan kopi yang di inginkan, racikan kopi ini tidak
menambahkan campuran apapun kedalamnya itu berarti bisa dikatakan dengan kopi
murni dengan tujuan mendapatkan tingkat coffein yang tinggi, itu dikarenakan
pada dasarnya coffein menjadi daya tarik orang untuk menikmati kopi untuk
meningkatkan semangat.
2. Definisi Merek
Kenapa merek yang dipilih “VAN
DILEM” van dilem merupakan nama pendiri pabrik kopi di trenggalek pada jaman
belanda tahun 1929 meskipun pabriknya sudah tidak berjalan lagi, pengambilan
nama van diem merupakan sejarah perkopian yang melekat dibenak orang trenggalek
dengan tujuan produk ini bisa berkembang ke kota lain melalui masyarakat
sekitar,
Kata “van” yang melekat pada
setiap nama orang belanda akan membuat persepsi orang kopi memang benar dari
belanda dan kebiasaan meminum kopi datang dari orang belanda, meskipun bukan
demikian adanya, konsumen akan beranggapan bahwa kopi ini adalah kopi yang
benar-benar original dari belanda karena memang benar jika yang memadukan bibit
adalah van dilem
3. Proposisi Produk
Kopi menjadi salahsatu minuman
wajib bagi masyarakat indonesia salahsatu alasan orang meminum kopi adalah
untuk menigkatkan semangat disetiap harinya dengan memanfaatkan kandungan
kafein tinggi yang terkandung dalam kopi, secara tidak langsung ketika seseorang
meminum kopi itu berarti orang akan meminum kafein yang terkandung dalam kopi
tersebut, itu sebabnya kopi van dilem dibuat sebagai alasan orang yang mencari
kopi yang memiliki tingkat pendobrak tubuh secara alami dibandingkan dengan
minuman berenergi , jenis kopi robusta ini lebih memiliki kadar kafein yang
lebih tinggi dibandingkan dengan arabika, pemilihan kopi robusta dipilih karena
di trenggalek memiliki kebun kopi robusta yang cukup tinggi sehingga kemungkinan
stok sumber daya akan tetap ada,
Kopi van dilem akan di kemas per
cangkir dengan komposisi kopi lebih banyak daripada gula itu bertujuan agar
kafein akan semakin tinggi dan memilii cita rasa yang pahit agar memiliki cita
rasa kopi yang alami, karena kopi van dilem akan menjual kafein yang tnggi
dipasaran.
4. Jaringan Asosiasi
Terbuat Dari biji kopi berjenis van dilem yang diambil langsung
dari perkebunan kopi dan di olah di tempat perkebunan sehingga menjaga
kealamiannya dengan racikan kopi yang pas
Kemurnian kopi
Tanpa campuran
Kopi tanpa gula Kopi Van Dilem diolah di perkebunan
Langsung diolah dari petani
Kemasan
yang higienis
Tanpa campran
5. Prinsip Komunikasi Islam
Dalam
pengkomunikasian pemasaran kopi van dilem hanya menggunakan 4 pengkomunikasian
secara isalam yang sebenarnya ada 6, karena pengkomunikasian inilah yang paling
sesuai. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan
setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida,
(2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan,
dan (6) Qaulan Maysura.
1. QAULAN
SADIDA
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan
Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi
substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari segi
substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran,
faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa
atau memanipulasi fakta.
Pengimplementasian
dalam komunikasi produk kopi van dilem komunikai produk yang diberikan kepada
konsumen adalah sebenar-benarnya produk tanpa ada tambahan yang terkesan menipu
berdasarkan fakta sehingga pengetahuan produk yang disampaikan tidak menutupi
apapun.
2. QAULAN
BALIGHA
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.“(QS An-Nissa :63).
Kata
baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya
menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak
berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar
komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah
kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R.
Muslim).
”Tidak
kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa
kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
Gaya
bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus
dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di
depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa.
Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat
berkomunikasi di media masa gunakanlah
bahasa jurnalistik sebagai bahasa
komunikasi massa (language of mass communication).
3. QAULAN LAYINA
“Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…”(QS.
Thaha: 44).
Qaulan
Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.Dalam Tafsir Ibnu Katsir
disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata
kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di
atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan
(orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak
untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dengan
demikian, dalam komunikasi Islam, cara mengkomunikasikan produk menggunakan
kata pilihan dan tanpa menyindir pihak manapun sehingga terkesan baik oleh para
konsumen
4. QAULAN
MAYSURA
”Dan jika
kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS.
Al-Isra: 28).
Qaulan
Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan
dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau
berisi hal-hal yang menggembirakan.
6. .Teori Efek Komunikasi Massa
a. Model Lasswell
Salah
satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold
Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa
(Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom)
dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
b. Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar
pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian
Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum
tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja
dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak
cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus
informasi dan menentukan pendapat umum.
Teori dan penelitian-penelitian komunikasi dua tahap memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok
kelompok sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain.
2) Respon dan rekasi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.
3) Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau menyampaikan informasi.
4) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai peran yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/enyebaran gagasan dari media, dan mereka yang sematamata hanya mengandalkan hubungan personil dengan orang lain sebagai penentunya.
5) individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa didinya berpengaruh terhadap orang lain, dan memiliki peran sebagai sumber informasi dan panutan.
c. Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8) perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
d. Uses and Effects
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.
e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan
isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk
suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
g. The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
h. Stimulus – Respons
Pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama teori ini menurut McQuail (1996):
a. Pesan (stimulus)
b. Seorang penerima atau receiver
c. Efek (respons)
Dalam masyarakat massa, prinsip S- R mengansumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam sekala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejulah besar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons informasi itu.
i. Information Seeking
Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan.
j. Information Gaps
Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, penting dikemukkan pokok bahasan mengenai celah pengetahuan (information gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyrakat karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia untuk memperluas wawasan.
k. Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
2. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. Saluran interpersonal dan media massa, dan
b. Saluran lokalit dan saluran kosmopolit.
1. Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang aau lebih.
2. Saluran media massa adalah penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang.
3. Saluran interpersonal dapat berifat kosmopolit, yakni jika menghubungkan dengan sumber di atau dari luar sistem .
4. Sebaliknya bersifat lokalit jika hanya terbatas pada daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit.
Dalam difusi inovasi saluran komunikasi memiliki karakter kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu dalam menggunakan saluran komunikasi ini perlu mempertimbangkan berbagai hal. Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir
7. Logo
Produk
Kopi Meneer
Van Dilem adalah salah satu Kopi khas dari Kabupaten Trenggalek. Biji kopi
robusta diperoleh dari hasil pemberdayaan petani lokal Boto Putih Dompyong,
ditanam pada ketinggian 800 mdpl. Bubuk kopi diolah secara natural untuk
mendapatkan rasa khas pegunungan. Bahwa kopi Van Dilem ini merupakan
kopi peninggalan Belanda. Pada jaman penjajahan
Belanda sempat membangun Pabrik Kopi di Perkebunan Wilis Dilem Kecamatan
Bendungan pada tahun 1929 yang di bangun oleh Mr. Van Dilem dari Belanda. Dan
sekarang di kembangkan oleh pemerintah kabupaten Trenggalek.
Comments
Post a Comment